IMG-LOGO

Beranda Akhlak Nasihat SABAR ADALAH PEMBERIAN TERBAIK DARI ALLAH
Nasihat

SABAR ADALAH PEMBERIAN TERBAIK DARI ALLAH

by masjidpedia - 21 November 2024 1 Views 0 Likes 0 Comment

Sabar adalah bentuk pemberian terbaik dari Allah. Dari sekian banyak hal yang Allah berikan kepada seluruh makhluknya, sabar adalah yang terbaik. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengabarkan dalam hadisnya,
وما أُعطِىَ أحدٌ عطاءً خيرًا وأوسَعَ من الصبْرِ

“Dan tidak ada seorang pun yang diberi suatu pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.” (Muttafaqun ‘alaih)

Dalam hadis lain juga disebutkan,
والصَّبْرُ ضِياءٌ

“Sabar adalah sinar (cahaya).” (HR. Muslim)

Kesabaran adalah bagaikan sinar, sinar bagi orang yang bersabar dan cahaya dalam kehidupannya. Yang dengannyalah, jalan-jalan yang benar dapat dibedakan dari jalan-jalan yang salah, membuat seseorang dapat melewati segala macam rintangan hidup. Dan selama ia masih memiliki sinar ini (sabar), jalan hidupnya akan terasa lebih mudah, lebih luwes, dan lebih bisa ia nikmati jika dibandingkan jika tanpa sinar sabar ini. Dengan sabar, ia diterangi, terbimbing langkah-langkahnya, terarah segala tindak-tanduknya, juga akan senantiasa berada di jalan yang benar.

Kenapa sabar bisa disebut sebagai pemberian terbaik? Karena di dunia ini, segala sesuatunya butuh kesabaran. Dalam melaksanakan ibadah-ibadah yang Allah perintahkan, jika tanpa sabar, bisakah seseorang melaksanakannya dengan baik, dengan sempurna, dengan tetap sesuai syariat dan menghadirkan hati yang tulus? Soal keistikamahan di jalan yang lurus, dapatkah seseorang bertahan dan teguh di tengah huru-hara kesesatan yang dinormalisasi saat ini, jika tanpa sabar, mampukah?

Dalam bersosial, bertemu banyak macam karakter manusia, dengan berbagai latar belakang dan situasi-kondisi mood setiap orang selalu berubah sepanjang waktu, tanpa sabar, bisakah seseorang berhadapan dengan puluhan, ratusan, ribuan manusia dengan segala macam permasalahan hariannya? Dalam dunia karier, jika tidak meniti dari bawah dan belajar banyak hal yang berat dan rumit, beban tanggung jawab seabrek, jika tanpa sabar, bisakah seseorang naik dan mendapatkan karier tingginya?

Jika tanpa sabar, apakah seseorang bisa melawan dorongan buruk yang menjadi kecenderungan diri-diri manusia, terutamanya yang merusak tubuh, dunia, agama, dan masa depan?

Bahkan, tanpa adanya kesabaran, bisakah seseorang melewati satu saja hari dalam kehidupannya?

Maka, dapat kita katakan bahwa sabar punya peran penting dalam kehidupan, andil penjagaan, yaitu menjaga dua hal:

Pertama: menjaga perkara dunia kita dengan sabar dalam menahan mengikuti segala hawa nafsu yang mendorong ke dalam berbagai hal buruk apa pun itu bentuknya, juga dalam melewati setiap hari-hari yang berat; dan

Kedua: menjaga perkara agama kita dengan 3 macam sabarnya sebagaimana pembagian sabar oleh para ulama:

  • sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah. Tentu hal ini berat dan butuh kesabaran. Buktinya tidak semua orang bisa istikamah dan benar dalam melaksanakan ketaatan,

  • sabar dari bermaksiat kepada Allah, sangat berat karena melawan nafsu yang berasal dari diri kita sendiri dan sudah menjadi tabiat jiwa adalah menyuruh kepada keburukan, terlebih ketika diperkuat oleh dorongan setan, butuh kesabaran ekstra,

  • dan sabar menghadapi takdir dan segala bentuk ketetapan Allah yang terjadi pada kita, terutamanya ketika itu adalah hal yang tidak kita sukai.

Apa itu sabar dan kenapa harus sabar?

Sabar tentunya bukanlah sebuah istilah ataupun sikap yang asing bagi semua orang, tetapi karena sesuatu yang sudah terlampau diketahui, terkadang kita malah jadi tidak mengetahui esensinya yang sebenarnya. Begitu pula dengan sabar ini, kita mungkin merasa sudah mengetahui artinya, tapi mungkin ternyata tidak benar, atau belum sepenuhnya.

Pengertian sabar yang paling masyhur di kalangan para ulama, juga yang didefinisikan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah adalah menahan diri dari amarah kegelisahan, menjaga lisan dan ucapan dari mencela dan meratap tidak puas, serta menahan tubuh kita dari melampiaskan emosi yang impulsif dan destruktif.

Beberapa ulama lain juga mengartikan sabar dengan menahan nafsu diri dari melakukan larangan-larangan Allah dan menekannya untuk melaksanakan kewajiban yang diperintahkan-Nya,serta, mengendalikannya dari rasa tidak puas dan berkeluh kesah atas takdir yang sudah ditetapkan oleh-Nya.

Berdasarkan pengertian yang dibawakan oleh para ulama, bisa kita lihat kalau sabar bukanlah sikap lemah, pasrah, dan pesimistis seperti yang dipandang dan disangkakan oleh hampir sebagian besar masyarakat kita saat ini.

Sabar bukanlah sikap pasif, bahkan justru sabar adalah sikap aktif, di mana seseorang mengatur dirinya untuk tidak berbuat gegabah dan mengikuti hawa nafsu sesaatnya. Bahkan, sabar itu sendiri adalah kekuatan. Seseorang yang sabar dapat memiliki kemampuan resiliensi pengendalian diri, serta bangkit dari kesedihan kegelisahan, kegalauan, pun dari kegagalan.

Apakah sabar adalah sikap pasrah dan pesimistis? Sebaliknya, sabar justru adalah sikap optimistis yang sebenarnya. Karena apa? Bandingkan antara sikap berontak, apakah ada yang menjamin dan memastikan keadaan akan menjadi lebih baik dan berubah sesuai yang ia inginkan jika ia berontak marah dan tidak sabar? Tidak. Tetapi, berbanding terbalik dengan sabar yang sudah dilabeli dengan kebaikan, bahkan yang terbaik, juga janji dari Allah, bukankah itu semua adalah hasil pasti dan buah daripada sabar? Bukankah itu optimistis?

Apakah sabar adalah tanda kelemahan? Sama sekali tidak, malah sabar itu sendiri adalah kekuatan. Tidak semua orang bisa bertahan pada suatu hal berat, dalam waktu yang lama, dan siklus yang tidak nyaman baginya, kalau bukan sabar, lalu apa? Orang yang tidak sabarlah justru yang lemah.

Kalau ditanya kenapa kita harus sabar? Secara singkat semoga artikel ini sudah sedikit menjawabnya. Namun, kita sebagai muslim, tidakkah cukup bagi kita ayat-ayat dan hadis-hadis tentang sabar untuk membuat kita bisa bersabar?

Jikalau kita perhatikan, semua konteks ayat tentang sabar di Al-Qur’an tidak ada satu pun sama sekali yang menegasikan esensi dan hakikat serta kebermanfaatan sabar, semuanya tentang hal positif dari sabar, buah manis dari sabar, janji indah dari Allah, ganjaran atas kesabaran. Maka, dari mana datangnya persepsi kalau sikap tidak sabar lebih baik? Meluapkan emosi dan membuat kekacauan, itukah yang disebut baik? Sepertinya tidak akan pernah sekalipun sikap seperti itu (luapan emosi karena tidak adanya kesabaran) dapat menggeser kedudukan sabar sebagai sikap terbaik. Keberlangsungan hidup jasmani dan rohani, bahkan bergantung pada sabar.

Kenapa orang sulit sekali disuruh untuk bersabar? Padahal, sabar itu kau hanya perlu menahan, menahan emosi, menahan hawa nafsu, menahan dorongan-dorongan dan kecenderungan negatif. Kamu menahannya apakah lebih sulit daripada melakukannya yang justru memakan waktu dan tenaga?

Orang-orang bebal mungkin akan berkelit dengan alibi “Sabar juga ada batasnya!”

Oke, memang ada, sabar memang ada batasnya. Apa batas sabar? Batasnya adalah 950 tahun mengajak orang-orang sesat ke jalan yang benar dan hanya sedikit yang mempercayai, bahkan selalu didebat, dihina, dicaci, dan dimaki, padahal apa yang disampaikan tidak sedikit pun mengandung kesalahan. Apakah kita sudah sampai batas itu? Jika belum, maka masih harus sabarlah kita.

Selama kita masih menginginkan keberuntungan, bersabarlah. Begitulah petuah Islami dari ayat,
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱصْبِرُوا۟ وَصَابِرُوا۟ وَرَابِطُوا۟ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap-siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” (QS. Ali Imran: 200)

Wallahu a’lam bishawab. Waffaqonallahu wa iyyakum.

***

Penulis: Abdurrahman Waridi Sarpad

Artikel: Muslim.or.id


Sumber: https://muslim.or.id/100018-mengapa-harus-sabar-kalau-bisa-marah.html

Copyright © 2024 muslim.or.id

Like & Comment
IMG

Artikel Terbaru