Tidak diragukan lagi bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bekerja dengan cara berdagang dan mencari penghasilan dari hasil kerja keras tangannya sendiri sebelum diutus menjadi Nabi. Dan seperti inilah kondisi para nabi terdahulu. Mereka makan dan mencari penghasilan dengan usaha tangan mereka sendiri. Diriwayatkan bahwa Nabi Nuh ‘alaihis salam merupakan seorang perajin kayu, Nabi Hud ‘alaihis salam adalah seorang pandai besi, dan Nabi Musa ‘alaihis salam merupakan seorang penggembala kambing.
Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa memotivasi dan menyemangati para sahabatnya untuk bekerja dan berusaha. Di dalam Shahih Bukhari, disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ما أكَلَ أحَدٌ طَعامًا قَطُّ، خَيْرًا مِن أنْ يَأْكُلَ مِن عَمَلِ يَدِهِ، وإنَّ نَبِيَّ اللَّهِ داوُدَ عليه السَّلامُ، كانَ يَأْكُلُ مِن عَمَلِ يَدِهِ
“Tidak ada seseorang yang memakan satu makanan pun yang lebih baik dari makanan hasil usaha tangannya (bekerja) sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Allah Daud ‘alaihis salam memakan makanan dari hasil usahanya sendiri.” (HR. Bukhari no. 2072)
Di kesempatan lainnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menceritakan dan memuji perihal Nabi Zakaria ‘alaihis salam,
كانَ زَكَرِيَّاءُ نَجَّارًا.
“Dahulu Zakaria bekerja sebagai seorang tukang kayu (pembuat mebel).” (HR. Muslim no. 2379)
Jikalau nabi saja memuji para nabi terdahulu serta para sahabatnya yang mencari penghasilan dengan usaha tangannya sendiri, maka tidak diragukan lagi bahwa beliau merupakan teladan yang sempurna dalam hal mencari nafkah untuk keluarga bagi kita semua. Akan tetapi, yang mungkin menjadi pertanyaan adalah bagaimanakah cara beliau shallallahu ‘alaihi wasallam untuk merealisasikan hal tersebut setelah beliau diutus menjadi seorang rasul yang harus mendakwahkan Islam ini kepada seluruh umat manusia? Di mana waktu beliau banyak dihabiskan untuk mengajarkan para sahabat terkait ajaran Islam yang penuh dengan kemuliaan ini, serta banyaknya kesibukan beliau dengan urusan kaum muslimin.
Pembahasan berikut ini adalah sedikit penjelasan tentang bagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berusaha memenuhi kebutuhan keluarganya dan mencari nafkah untuk mereka.
Sumber penghasilan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam setelah diutus menjadi Nabi
Jika menengok buku-buku sejarah yang ada, tidak banyak penulis yang membahas secara panjang lebar dan spesifik mengenai pekerjaan dan profesi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam serta sumber-sumber penghasilan beliau setelah diangkat menjadi Rasul dan fokus berdakwah.
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tidak didapati menggeluti satu bidang saja di dalam mencari penghasilan, karena sibuknya beliau di dalam berdakwah, memimpin, dan mengatur strategi kaum muslimin.
Akan tetapi, dari hadis-hadis yang ada, sering kita dengar dan kita temukan bahwa beliau melakukan praktik jual beli, di mana hal tersebut merupakan salah satu jalan untuk mendapatkan keuntungan dan penghasilan. Contohnya adalah apa yang beliau lakukan saat akan hijrah ke kota Madinah, tatkala itu Abu bakar radhiyallahu 'anhu menawarkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam salah satu untanya untuk digunakan sebagai kendaraan berhijrah, namun beliau memilih untuk membelinya. Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu berkata,
يا رَسولَ اللَّهِ، إنَّ عِندِي نَاقَتَيْنِ أعْدَدْتُهُما لِلْخُرُوجِ، فَخُذْ إحْدَاهُمَا، قالَ: قدْ أخَذْتُهَا بالثَّمَنِ.
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku punya dua ekor unta yang telah aku siapkan keduanya untuk keluar hijrah, maka ambillah salah satunya.” Maka, beliau berkata, “Aku sudah mengambil salah satunya dan kamu terima harga jualnya.” (HR. Bukhari no. 2138)
Dari kisah ini dapat disimpulkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sesekali dapat memenuhi kebutuhan hariannya dengan praktik jual beli dan berdagang. Di kesempatan lainnya, beliau dapat memenuhi kebutuhan keluarganya karena mendapatkan bagian dari harta rampasan perang. Dalam Islam, harta rampasan perang dibagi menjadi lima bagian. Empat bagian untuk mereka yang ikut berperang dan satu bagian lainnya, salah satunya diberikan untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Renungan
Mungkin terbetik dan terlintas di pikiran kita, bukankan sumber pemasukan beliau ini kecil dan sedikit?
Maka, jawabannya adalah inilah letak perbedaan beliau dan keluarganya dengan kita semua di masa sekarang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan keluarganya tidak menjadikan urusan makanan sebagai prioritas utama mereka. Mereka makan apa yang ada, mensyukurinya, dan tidak berlebih-lebihan di dalamnya. Tidak jarang jika di rumah beliau dan istri-istrinya, yang tersedia hanyalah air dan kurma. Pernah pula api tungku masak tidak menyala selama berbulan-bulan karena tidak ada bahan makanan yang dapat dimasak, dan bahkan beliau pernah mengganjal perutnya dengan batu karena rasa lapar yang dirasakannya. Sungguh, kesemuanya ini menggambarkan kesederhanaan dan kezuhudan beliau terhadap perkara dunia.
Wahai saudaraku, sungguh, dalam diri Rasulullah terdapat suri teladan dalam hal rezeki. Beliau adalah manusia yang paling perhatian dengan keluarganya, peduli dengan mereka, dan tidak melupakan hak-hak mereka. Beliau juga paham skala prioritas dirinya sendiri, sehingga tidak terlena dengan kehidupan dunia dan lebih memfokuskan dirinya untuk kepentingan umat Islam. Beliau hidup dengan sederhana, namun sangat banyak kisah-kisah yang menyebutkan kepedulian beliau terhadap umatnya. Semoga kita semua dapat berjumpa dengan beliau di surga Allah Ta’ala.
Penulis: Muhammad Idris, Lc.
Artikel: Muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/95359-sumber-penghasilan-nabi-muhammad.html
Copyright © 2024 muslim.or.id